Refleksi
Menjadi
Seorang Pustakawan Sekolah
Muhamad Yanuar Prayogo, S.S.
Waktu pertama kali saya diberikan kesempatan yang luar biasa untuk menjadi seorang pustakawan di SMA Santo Antonius, saya tidak menyangka bahwa tugas ini akan membawa banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga untuk diri saya. Awalnya saya mengira pekerjaan seorang pustakawan sekolah hanya sekedar memberikan pelayanan kepada pemustaka serta mengelola perpustakaan secara baik dan benar sesuai dengan standar yang berlaku. Tapi ternyata, selama menjalani tugas disini, saya banyak belajar tentang tanggung jawab, ketelitian, komunikasi, dan pentingnya literasi di lingkungan sekolah.
Perpustakaan yang dulu saya anggap sebagai tempat yang sepi dan membosankan, perlahan mulai terasa seperti ruang yang hidup. Saya mulai mengenali kebiasaan siswa yang datang, mengenali siapa yang suka membaca novel, siapa yang mencari buku pendukung pelajaran (pengayaan), sampai yang cuma butuh tempat tenang untuk istirahat atau mengerjakan tugas. Dari situ, saya sadar bahwa perpustakaan itu punya peran penting sebagai pusat belajar sekaligus menjadi tempat yang nyaman untuk pemustaka.
Selama bertugas, saya mulai terbiasa dengan berbagai kegiatan seperti mencatat buku yang dipinjam dan dikembalikan, mengatur letak buku di rak, menegur pengunjung yang melanggar aturan, sampai membantu siswa mencari koleksi yang mereka butuhkan. Karena pada dasarnya saya hanya mendapatkan pengetahuan semacam itu secara teoritis saja pada masa berkuliah dulu. Ternyata pada praktiknya semua butuh ketelatenan, kesabaran, dan perhatian terhadap detail. Awalnya memang terasa berat, tapi lama-kelamaan saya mulai menikmati prosesnya. Saya belajar untuk lebih rapih, lebih sabar, dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Hal yang membuat saya bangga adalah ketika saya dipercaya menjadi narasumber dalam seminar bagi pengelola perpustakaan sekolah. Pada saat itu, saya berbagi pengalaman serta pengetahuan saya terkait perpustakaan dengan rekan-rekan pengelola perpustakaan sekolah lainnya. Mulai dari tantangan yang dihadapi ketika ingin mengembangkan perpustakaan sekolah, pentingnya mengembangkan layanan perpustakaan agar tetap relevan bagi pemustaka, hingga bagaimana membangun perpustakaan jadi tempat yang nyaman bagi pemustaka. Ini merupakan pengalaman pertama saya berbicara di depan banyak orang sebagai narasumber, dan ternyata saya bisa melaluinya dengan baik. Banyak siswa dan guru yang memberikan respon positif, dan dari situ saya belajar bahwa pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki, sekecil apapun, bisa bermanfaat juga untuk orang lain.
Hal yang membanggakan lainnya ialah saya diberikan kesempatan untuk dapat berkerjasama dalam mengerjakan instrumen akreditasi perpustakaan, hingga akhirnya Perpustakaan SMA Santo Antonius mendapatkan akreditasi A untuk pertama kalinya, selain itu diberikan kesempatan pula dalam berkompetisi di ajang kompetisi perpustakaan sekolah tingkat kota dan tingkat provinsi, walaupun belum mendapatkan hasil yang maksimal pada tingkat provinsi, namun saya sangat bersyukur karena telah banyak mendapatkan pengalaman yang berharga serta mengerti akan pentingnya kekompakan dalam sebuah kerjasama tim. Hal yang belum pernah saya rasakan sebelumnya juga ialah diberikan kepercayaan penuh untuk ikut berkompetisi dalam kompetisi pustakawan sekolah tingkat provinsi, walaupun belum bisa membanggakan dan mempertahankan gelar juara yang telah diraih pada tahun sebelumnya, tapi saya cukup bangga dengan diri saya karena telah berhasil lolos hingga tahap final kompetisi. Saya juga sangat merasa bersyukur karena telah diberikan kepercayaan dan dukungan yang luar biasa oleh semua pihak pada saat saya sedang berkompetisi pada ajang tersebut. Hal yang dapat saya pelajari adalah jangan mudah menyerah, teruslah belajar dan jangan lelah untuk terus mencoba, karena menurut saya juara sejati tidak dilahirkan tapi juara sejati adalah mereka yang tidak pernah lelah untuk mencoba dan bangkit.
Selain itu, saya juga diberi kepercayaan untuk membantu dalam memberikan masukan pada KTI (Karya Tulis Ilmiah) siswa kelas 12. Ini menjadi pengalaman yang sangat menantang sekaligus menyenangkan. Saya harus membaca, memastikan isi dan struktur penulisan telah sesuai dengan standar umum yang berlaku, serta membantu mengarahkan agar penulisan yang dilakukan telah sesuai dengan kaidah dasar penulisan. Dari sini saya belajar bahwa literasi itu bukan cuma soal membaca buku, tapi juga tentang berpikir kritis, menyusun gagasan, dan menyampaikan ide dengan jelas. Saya sendiri merasa ikut berkembang karena membaca berbagai topik dan pendekatan yang digunakan oleh siswa dan siswa SMA Santo Antonius.
Salah satu pengalaman yang juga berkesan buat saya adalah ketika saya sempat membaca beberapa cerpen karya siswa di sekolah. Cerpen-cerpen itu ditulis oleh siswa dan siswi yang hobi menulis, dan beberapa karyanya dikumpulkan serta dipajang di perpustakaan. Awalnya saya hanya iseng membaca, tapi ternyata isinya menarik dan penuh dengan berbagai emosi yang terkandung didalamnya. Ada yang bercerita tentang kehidupan remaja, ada yang mengangkat tema persahabatan, sampai cerita fantasi yang tidak kalah menariknya dengan buku-buku di rak koleksi buku fiksi.
Dari membaca cerpen-cerpen itu, saya jadi sadar bahwa banyak potensi hebat di antara siswa sekolah ini. Saya merasa terinspirasi dan sekaligus bangga, karena perpustakaan bisa menjadi tempat untuk menampung dan menampilkan karya mereka. Saya juga sempat memberikan sedikit masukan ke beberapa penulisnya, dan mereka terlihat senang karena karyanya dibaca dan diapresiasi. Bagi saya pribadi, ini adalah momen kecil yang membahagiakan, karena saya bisa ikut mendorong mereka untuk terus menulis dan berkarya.
Ada satu momen dimana saya sangat merasa dihargai dan keberadaan saya dianggap nyata oleh seorang pemustaka, ketika seorang pemustaka datang dan menunjukkan hasil cerpen buatannya, isi dari cerpen tersebut bercerita tentang kami pustakawan SMA Santo Antonius, bagaimana ia merasa senang ketika berkunjung dan berkomunikasi dengan kami, saya tidak menyangka hanya karena sebuah sapaan sederhana bisa berdampak besar kepada pemustaka tersebut, dari situ saya belajar bahwa setiap hal kecil yang menurut kita biasa atau sederhana, ternyata bisa menjadi sangat berharga bagi sebagian orang. Saya tidak pernah menyangka sebelumnya jika keberadaan kami pustakawan perpustakaan SMA Santo Antonius bisa sangat berharga bagi pemustaka.
Tentu saja, dalam perjalanan ini ada juga masa-masa sulitnya. Ada hari-hari di mana saya kelelahan, baik secara fisik maupun pikiran, apalagi kalau harus membagi waktu antara tugas sebagai seorang pustakawan dengan tugas tambahan lain diluar tugas seorang pustakawan. Tapi di situlah saya belajar untuk mengatur waktu dan prioritas. Saya mulai membuat jadwal, menulis to-do list harian, dan belajar fokus pada satu hal dalam satu waktu. Hal-hal kecil seperti ini ternyata sangat membantu saya jadi lebih teratur dan tidak mudah stres.
Yang paling terasa adalah perubahan dalam diri saya. Saya jadi lebih suka membaca, lebih tertarik untuk mengenal banyak hal baru, dan lebih berani untuk tampil di depan umum. Dulu saya cenderung pendiam dan kurang percaya diri, tapi setelah semua pengalaman ini, saya merasa lebih terbuka dan siap untuk terlibat aktif di berbagai kegiatan. Saya jadi sadar bahwa peran yang terlihat kecil sekalipun, seperti pustakawan, bisa memberi dampak besar kalau dijalani dengan niat yang tulus dan ketekunan yang sungguh-sungguh.
Menjadi pustakawan di SMA Santo Antonius bukan cuma tentang menjaga buku atau melakukan pelayanan kepada pemustaka. Ini adalah pengalaman yang membentuk karakter, membuka wawasan, dan memberi saya kesempatan untuk tumbuh. Terlibat sebagai narasumber seminar, memeriksa KTI siswa kelas 12, serta membaca dan mengapresiasi cerpen karya murid-murid sekolah juga menjadi bukti bahwa saya tidak hanya menjalankan tugas, tapi benar-benar terlibat dalam dunia literasi di sekolah.
Saya sangat bersyukur karena menjalani peran ini, belum tentu teman-teman seangkatan saya yang lain mendapatkan kesempatan yang sama, kesempatan dalam merasakan pengalaman yang luar biasa yang telah saya lalui. Dari sini saya belajar bahwa setiap tanggung jawab yang diberikan, sekecil apapun, bisa menjadi pengalaman luar biasa kalau dijalani dengan hati. Dan yang paling penting, saya jadi tahu bahwa saya punya potensi lebih dari yang saya bayangkan sebelumnya.